RSS

 Gadis Riang, bertekad Musang !




"teh, maaf ya hari ini mamah cuma punya uang segini. dan inipun untuk adik sekolah... teteh kan udah besar, jadi harus mengalah..."
"hhhhh... iya mah.." kataku sambil dalam hati menggerutu kecil.
langkah kakiku semakin berat rasanya, apalagi saat membayangkan sampai di sekolah. "hhh gimana nih jika nanti disekolah ada tagihan, tagihan kas lah, ini lah, itu lah..." gumamku dalam hati sambil menendang-nendang batu yang saat itu aku lewati.
jalan menuju kesekolah pun menjadi terasa saaangat panjang, dan tak terasa sepanjang itupun aku menggerutu. tak ada uang sepeser pun.inginnya aku memaki mamah, aku menganggap mamah tak adil, walaupun aku sudah besar bukan berarti aku tak punya kebutuhan kan? sampai aku didepan gerbang sekolah mungkin itulah terakhir kalinya aku menggerutu, menahan rasa sesak yang teramat dalam hati. tapi untunglah ocehan teman-teman membuatku sedikit lebih enak dari sebelumnya.
itulah kilasan balik ceritaku dimasa SMP. dan aku rasa itu bukan sekali dua kali. sampai aku tahu betapa berdosa nya aku saat itu.
singkat cerita, saat aku SMA pun rasanya hidupku begitu-begitu aja... hingga tak pernah terbersit dibenakku untuk masuk ke sekolah favorit yang biaya nya selangit saat itu. sudah bisa SMA pun bersyukurnya sudah minta ampun. mulailah saat itu kedewasaanku teruji, dan sedikit demi sedikit aku mulai memahami kehidupan. betapa seharusnya aku mulai berdiri sendiri tanpa harus merepotkan orang tua. ya.... saat itu umurku 17 tahun. mungkin bagi sebagian orang usia itu lagi masa-masa nya atau lagi manis-manis nya.. tapi saat itu aku merasa, gimana bisa aku merasakan indahnya masa usia 17, toh pada usia itu aku tetep kayak gini...
hari berganti tak pernah permisi, mereka hanya waktu yang tak tahu sopan santun. hariku mulai melelahkan, aku sudah dewasa dan kebutuhanku semakin banyak. mau minta sama orang tua saat itu aku paling tau gimana keadaan orang tua ku. akhirnya aku coba berinovasi.
" mah gimana kalo kita bikin masakan, terus kita jual, aku deh yang jualnya ke sekolah. kan lumayan mah uangnya" kataku pada suatu pagi saat sarapan.
"memangnya teteh tak malu?" kata mamah.
"enggak lah" aku jawab sambil memandang langit-langit rumah yang nampaknya sudah tak layak lagi.
akhirnya esok pagi setelah pengungkapan ide itu, tiba-tiba mamah masak sayuran baaanyaaak banget. "walah...apa bakal laku ya? ini kan baru permulaan? nanti kalo gak laku gimana? aku kan malu..." gumamku dalam hati sambil menelan lidah.
"teh, ini mamah bungkus sayuran semuanya 30 bungkus" kata mamah sangat optimis
"kalo gak laku gimana mah?" aku tanya dengan ragu.
"kasih aja sama teman-teman" jawab mamah begitu entengnya..
aku tak banyak bicara waktu itu. seperti biasa kedua kakiku melangkah, kali ini bukan gerutu karena tak dikasih uang jajan yang ada dalam benakku, tapi rasa cemas. hufff betapa tidak. sayuran segini banyaknya apa bakal laku? kan aku baru jualan. gimana ngejualnya? mana berat lagi.. hahhh pokoknya saat itu aku anganku entah kemana, batu-batu tak lagi jadi korban tendangan sepatu bututku. aku sudah pensiun menendang. kulihat si batu tertawa melihat ku. betapa tidak, biasanya aku yang sok gagah di depan si batu jalan, sekarang aku berjalan pun seperti nenek-nenek yang menopang kakinya. berat sih....
dag dig dug... bunyinya bahkan menandingi suara bedug saat idul fitri.. gerbang sekolah di depan mata.. hatiku oh hatiku.. aku takut aku malu... ahhhh orang-orang pada ngeliati aku... gimana ini????????

akhirnya ceritaku tak sampai disini... nanti kita lanjutkan lagi.. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar